Jelang Lebaran, Ketersediaan Pangan di Jateng Aman

By Abdi Satria


nusakini.com-Semarang- Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1440 H, ketersediaan bahan pangan di Jawa Tengah aman. Kendati begitu, pengawasan akan terus ditingkatkan agar tidak terjadi lonjakan harga yang tinggi. 

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Agus Wariyanto, saat pembukaan Rakor Dewan Ketahan Pangan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 di Hotel Pandanaran Semarang (27/5). Menurutnya, ketahanan pangan Jawa Tengah cukup mantap karena didukung dari ketersediaan pangan, distribusi pangan, dan keamanan pangan. 

Ditambahkan, sebagai pilar penyangga pangan nasional, Jawa Tengah memroduksi minimal 16 persen beras. Sedangkan di bidang peternakan, per tahun provinsi ini menghasilkan 1,7 juta ekor sapi potong, 70ribu ekor di antaranya didistribusikan untuk pasar di Jabodetabek. 

“Selain itu, Kabupaten Kendal yang menjadi pusat telur di Jawa Tengah mampu memroduksi hampir 25 persen, sehingga ketahanan pangan di Jateng aman,” bebernya. 

Ditambahkan, sayur mayur dan buah-buahan di provinsi ini juga surplus. Hanya komoditas bawang putih dan kedelai yang memang masih harus ditingkatkan. Namun secara umum terhitung aman menjelang lebaran mendatang. 

Disinggung mengenai stabilitas harga, Agus tak menampik jika menjelang Lebaran cenderung terjadi peningkatan secara psikologis antara lima sampai sepuluh persen. Namun kenaikan itu dianggap wajar, dan harga diprediksi relatif stabil hingga kurun waktu satu minggu setelah lebaran. 

Kendati begitu, untuk mencegah lonjakan harga, pihaknya memiliki upaya untuk menjaga stabilitas harga, sekaligus mengendalikan inflasi. Salah satunya, dengan program Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) pada komoditas beras. 

“Kami juga mempunyai hampir 800 toko tani. Sehingga pada saat pengembangan itu masyarakat bisa mengakses pangan dengan beras segar. Berasnya juga cukup lumayan itu, sekarang harganya sekitar 8.800 per kilogram, sementara harga di luar sudah 9.000 per kilogram,” jelasnya. 

Menurut Agus, ketahanan pangan tak hanya masalah ketersediaan bahan pangan yang tercukupi, melainkan juga aspek-aspek ketahanan pangan lainnya, seperti keamanan pangan. Antara lain, menyangkut residu pestisida, pengelolaan bahan tambahan makanan dengan baik agar tak menimbulkan ancaman bagi kesehatan. 

“Sehingga aspek ketahanan pangan itu ada kaitannya juga dengan kesehatan, ketahanan pangan kaitannya dengan lingkungan, kemudian ketahanan pangan ini juga diharapkan juga untuk meningkatkan pendapatan petani,” jelasnya. 

Pada kesempatan ini juga diserahkan Sertifikat Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) kepada kelompok tani “Konco Tani” dari Karanganyar dengan komoditas beras dengan merek Kaki Lawu, dan PT Berill Jaya Sejahtera dari Grobogan dengan komoditas beras merek Pondok Petani Beras Mentik Wangi. 

Perwakilan dari PT Berill Jaya Sejahtera 

Nanang Cahyono mengungkapkan rasa senangnya menerima sertifikat PSAT. Sebab, sertifikat itu menjadi salah satu keuntungan agar produknya lebih dipercaya masyarakat.

“Itu kan untuk nomor kementan dan segala macamnya kita selaku provider, untuk menjual produk kita dimulai dari situ,” jelas Nanang. 

Hal senada juga disampaikan pelaku dan marketing “Konco Tani” Wahyudi. Adanya sertifikat PSAT, membuat tidak ada lagi kekhawatiran hasil tani yang telah dipasarkan di supermarket disingkirkan dari pasaran, ketika ada satgas pangan, karena sudah bersertifikat. 

“Ke depannya kami ingin menambah lahan pengembangan. Sementara ini kan baru enam hektare, untuk ke depannya kami ingin memperluas. Dengan adanya nomor PSAT seperti ini kami yakin pembeli akan semakin berdatangan,” tegasnya. 

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjelaskan, Kartu Tani merupakan salah satu basis data yang dapat digunakan untuk mengendalikan ketahanan pangan. Dengan adanya Kartu Tani tersebut akan diketahui luasan lahan dan tanaman di atasnya, serta pemetaan wilayah mana yang membutuhkan komoditas tersebut. Sehingga produksi, kebutuhan, dan persebaran produk selalu dalam pantauan. (p/ab)